0

Satpam yang Menyebalkan !



>
Hari ini, waktunya untuk para mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negri di Indonesia yaitu membayar uang SPP (hihi...maaf ndak tau kepanjangan dari SPP). Sebenarnya, mulai hari ini hingga 2 Agustus nanti adalah periode II pembayaran SPP. Mulai semester baru ini, kami pun memakai simtem pembayaran yang baru.

Singkatnya niih, pembayaran tidak lagi menggunakan jasa teller bank, tetapi langsung mahasiswa yang bersangkutan membayar menggunakan e-wallet (seperti kartu ATM yang juga berfungsi sebagai KARMAS). Tetapi....berhubung itu ATM gak pernah ada isinya (emang gak pernah diisi, hehehe), kita pun berbrondong-brondong (dibaca berbondong-bondong) nabung di salah satu bank swasta yang merepotkan ini.

Intinya, sistem baru ini sangat menguntungkan teller karena tugas mereka menjadi lebih ringan tentunya jika dibandingkan dengan sistem sebelumnya (para teller harus teliti memasukkan data mahasiswa). Dan sangat tidak mempermudah mahasiswanya karena untuk menabung disaat waktu yang berbarengan, bayangkan saja 20.000 lebih mahasiswa mengantri di bank. Ckckck...

huft..
Kita masuk ke cerita sebenar (dengan logat melayu). Begini ceritanya...

Sebelum berangkat menuju ke bank, saya berniat mampir ke kampus. Barangkali ada nilai yang keluar (maklum...dosen juga manusia). Kemudian, tibalah saya di kampus dan langsung parkir di depan mushalla (karena lebih dekat meuju TU-nya, daripada ribet parkir di tempat parkir dengan 2 kartu yang tak seberapa). Tetapi..terciptalah percakapan dengan PAK SATPAM sebagai berikut :

Satpam : " Kenapa gak parkir disana aja sih mas ?"
Budakgila : "Bentar aja kok, Pak.."
Satpam yang tidak berseragam : "Alasan klasik.."
Budakgila : "Asemmm...nyolot bener tuh cocot..." tapi dalam hati saya berkata seperti itu.

Kampret gak tuh satpam ?
Itu derita saya yang pertama, huhu..
Beberapa jam kemudian...

Saya tiba (kok agak rancu yaa ?) di bank sekitar setengah 11 siang. Sendiri. Tanpa teman. Setelah curi dengar dari celotehnya pak satpam, saya pun minta nomer antrian, unutk satu orang. Selang waktu 5 menit, datang teman saya, Bimo namanya. Spontan langsung saya tarik. Maksudnya biar bayar bareng karena satu nomer antrian bisa untuk segerombolan mahasiswa.

Setelah menunggu lama (berjam-jam pastinya), akhirnya kami memutuskan untuk nongkrong di gramedia. Sekalian nungguin ayank, mau ikut bayar SPP juga, hehe. Sejam kemudian...

Kami kembali dan ketemu ayank di bank. Tanpa dicegat satpam, kami ngadem di dalam karena sudah agak sepi. Kurang lebih sejam, nomer antrian yang dipanggil gak berubah-ubah. Saya dan Bimo memutuskan untuk shalat terlebih dahulu. Kami tanyalah itu satpam letak mushallanya dimana, begini jawabnya :
Satpam : "Mushallanya kecil mas, gabung sama gudang, lewat samping.."
Kami : "Makasih.."
2 menit perjalanan, dalam hatiku : "Ini bukan gabung sama gudang, tapi AWALNYA gudang..ckckck..ngantri pulak !"

Selesai shalat, kami kembali masuk. Tapi, dicegat satpam..
Satpam : "Mas, diluar dulu aja, penuh.."
Kami : "Loh..tas kami di dalam, Pak . Daritadi kami di dalam, itu teman kami (menunjuk ayankku, maaf yyaa saiynk..)" agak ngotot nii..
Satpam : "Oh..ya udah.." Mukanya gak ikhlas.
Dalam hatiku : "Sumpah ini satpam..."

Beneran, tambah kesel sama yang namanya satpam. Jadi ingat guru SD saya pernah memberitahu kepanjangan dari SATPAM, yaitu Sampai mAtipun Tak naik PAMkat...

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Posting Komentar

Back to Top